Air Terjun Bedawat - Detail Perjalanan Menuju Keindahan Riam Bedawan
Apakah kamu yang membaca tulisan ini ingin mengetahui detail perjalanan untuk sampai ke air terjun bedawat atau rombo bedawat’n?
Jika iya, berarti kamu terselamatkan dalam keluh kesah perdana untuk mengunjungi surganya air terjun di Kalimantan Barat ini, yang tepatnya berada di Pedalaman Hutan Desa Dange Aji, Kec Air Besar, Kab Landak.
Dalam tulisan ini, saya tidak bermaksud mendikte ataupun menggurui, yang seakan-akan menjadi yang paling tahu, akan tetapi maksud dan tujuan lebih untuk berbagi pengalaman selama 3 Hari 2 malam berada di kawasan Air terjun bedawat.
Sumber: Dokumen Pribadi |
Saya harap dengan pengalaman yang ditulis ini, dapat memberikan masukan atau pun saran kepada kamu yang mungkin dalam waktu dekat ini akan mengunjungi air terjun bedawat.
“Baiklah, langsung saja”
Awal keberangkatan bersama para sahabat crew Travedisi yang berjumlah 10 orang termasuk saya didalamnya.
5 Cewek dan 5 Cowok, merupakan persaingan gender yang seimbang bukan? hehe
Perjalanan kami mulai pada pukul 04:00 WIB ( Jum’at, 2 Maret 2018 ) dari Kota Pontianak dengan cuaca yang tidak bersahabat alias gerimis.
Namun tak berselang lama, gerimis mengakhiri eksistensinya, sehingga kami pun tak sampai harus menggunakan Jas hujan/mantel.
Kami melewati Jalan Trans Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan jalur Ambawang, kami memilih ini sebagai jalur utama untuk menuju Kota Ngabang, dikarenakan lebih dekat dan minim terhadap akses jalan yang berlubang.
Sepi dan dingin nya suasana membuat perjalanan ini semakin menantang, belum lagi dengan jarak pandang yang terbatas dikarenakan pekatnya embun dini hari.
Dengan penuh kehati-hatian dalam berkendara, kami pun sampai di Daerah Sosok “Kab Sanggau” pada pukul 09:00 WIB, cukup lama bukan?
Baru sempet foto ber 10 di camp :v, ayo tebak mana penulisnya??? Sumber: Dokumen Pribadi |
Hal tersebut dikarenakan kami tak terlalu kencang dalam memacu kendaraan, jadi cukup 60 – 70 KM/Jam saja.
Berikut Rute perjalanan sebelum sampai ke Sosok:
- Kota Pontianak
- Jalan Trans Kalimantan/Jalur Ambawang - Tayan
- Simpang Ampar
- Belok Kiri ke arah daerah Batang Tarang
- Sosok
Ketika sampai di pertigaan Jalan menuju Ngabang dan Sanggau, kami pun segera beristirahat sejenak, selain mengistirahatkan tubuh, kendaraan bermotor juga wajib di isitirahatkan, karena track sebelumnya lumayan memporsir tenaga motor, sehingga meminimalisir gangguan pada kendaraan, sembari juga mengecheck kendaraan bermotor sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kota Ngabang.
Sekitar pukul 10:00 WIB kami telah selesai dengan urusan sarapan pagi, menikmati secangkir kopi dan rebahan badan, segera kami pun melanjutkan perjalanan ke Kota Ngabang yang sudah tak jauh dari Sosok, kurang lebih memakan waktu 1 Jam-an.
Untuk jalur yang satu ini, para pengendara disarankan untuk lebih berhati-hati, karena masih banyak beberapa lubang kejutan dan tambalan aspal, yang sulit terelakan jika terlalu kencang dalam memacu kendaraan.
Lebih baik pelan namun selamat sampai tujuan.
Sekitar pukul 11 lewat beberapa menit, kami sampai di Kota Ngabang, tak lupa kami mengisi bahan bakar di Pom Bensin Ngabang yang terletak sebelum Pertigaan Pasar Ngabang – Serimbu.
Perencanaan semulus apapun, tak sah rasanya jika agenda traveling tak mendapatkan masalah, kali ini masalah terjadi pada Kendaraan saya, dimana Fuel Pump Bahan bakar mengalami kerusakan “macet”, alhasil motor yang saya kendarai sulit untuk di Starter.
Cukup lama saya mengitari pasar ngabang hanya untuk mencari bengkel yang memiliki lisensi perbaikan jalur bahan bakar Injeksi, banyak dari bengkel pinggir jalan yang angkat tangan perihal ini.
Saya pun memahaminya, karena untuk memperbaiki motor yang menggunakan system Fuel Injection harus benar-benar matang dalam teori dan praktek agar tak semakin memperburuk performa kendaraan.
Akhirnya, sampai juga di salah satu dealer resmi, langsung saja mengajukan konsultasi, tapi sayang seribu sayang, para mekanik/montir mereka pada saat itu sedang tidak ada di tempat, dikarenakan sedang ada agenda sertifikasi mekanik di Kota Pontianak.
Sebenarnya, bisa saja motor dipaksakan untuk melanjutkan perjalanan ke Serimbu, namun yang di khawatirkan akan semakin parah pada saat perjalanan nanti, belum lagi beberapa track jalan menuju serimbu tidak semuanya aspal mulus, alias masih terdapat jalur tanah kuning yang becek.
Sembari menanti kedatangan 4 Motor teman yang masih mengantri bahan bakar, saya melanjutkan pencarian bengkel.
Tak jauh dari dealer, terdapat bengkel yang jika ditelaah pada saat itu lumayan “berkompeten”.
Ternyata benar sekali, singkat kata si mekanik langsung membongkar fuel pump, lalu dibersihkan dan brumpp… brummppp, kondisi tarikan motor sudah kembali seperti semula.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12:00 WIB, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Serimbu, sebagai post terakhir untuk menuju ke Desa dange aji.
Detik-detik sampai ke Desa Dange Aji Sumber: Dokumen Pribadi |
Sesampainya di Pasar serimbu, kami langsung menuju jalur masuk Desa Jambu “ Belok kiri dari arah pasar” , yang mana terlihat aspal yang mulus, namun hal tersebut tak berangsur lama.
Kendaraan kami pun bergetar hebat, pertanda sudah memasuki jalur bebatuan dan tanah kuning yang bergelombanng.
Sekilas jalur tanah kuning Sumber: Dokumen Pribadi |
“Off road time !!”
Dalam perjalanan ini kami melewati “kalau tidak salah” 2 -3 jembatan gantung, yang lumayan buat gemetar bagi yang pemula, termasuk saya pribadi hehe.
Untuk lebih jelas mengenai perjalanan, berikut video singkatnya, semoga dapat memberikan gambaran dan saran kepada kamu yang sudah tak sabar untuk mengunjungi Air terjun Bedawat.
Bagi kamu yang akan berkunjung, jangan lupa untuk melihat kiri dan kanan selama perjalanan sebelum masuk Desa Dange Aji, karena pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan anak riam yang indah, namun sulit untuk di jangkau, karena berada dibawah track perjalanan, lumayan berbahaya jika memaksa untuk kebawah, cukup lah hanya dinikmati dari ketinggian.
Perlu di ingat, pengendara mesti berhati-hati, karena jalur yang akan dilewati, hanya setapak jalan semen, kurang dari 2 meter.
Jadi harus waspada, pasang telinga dan mata, di khawatirkan ada pengendara lain dari arah lawan, intinya berhati-hatilah.
***
Oke, sudah cukup kiranya kisah perjalanan selama berkendara, sekarang saatnya kisah pejalan kaki pas-pasan kami yang akan mengisi tulisan ini hingga akhir.
Sekitar pukul 15:00 WIB, kami sampai dengan selamat di Desa dange aji, dengan kondisi sedikit basah, karena hujan deras mengguyur kami selama perjalanan dari gerbang Desa hingga kerumah Pak RT Desa Dange Aji.
Untung saja jaraknya tidak terlalu jauh, jadi tidak terlalu membasahi pakaian dalaman, BH dll hehe
Kami pun segera melakukan proses perizinan sekaligus meminta restu dalam menyusuri belantara hutan kalbar yang satu ini.
Sembari mendengarkan petuah dan beberapa pantangan, kami melakukan registrasi pembayaran di muka. Berikut rinciannya:
(update harga 2017)
- Biaya 10.000 / orang untuk swadaya Desa
- Biaya 25.000 / orang untuk biaya jasa guide
Sedangkan petuah dan pantangan yang wajib pengunjung indahkan adalah sebagai berikut:
- Tidak diperkenankan membawa alat musik seperti gitar, ukulele atau sejenisnya, yang berpotensi membuat gaduh suasana hutan “ Ini masih menjadi perdebatan, ada yang bilang boleh dan ada juga yang bilang tidak “.
- Dilarang berteriak menggunakan nama salah satu dari teman, ketika pada malam hari, karena berpotensi diganggu oleh makhluk atau roh setempat, dikhawatirkan akan menemui sosok seperti teman kita sendiri, dan dibawa entah kemana alias tersesat. “ sebenarnya mau siang atau malam, petuah ini wajib diindahkan oleh pengunjung, karena ini hutan belantara, tentu banyak makhluk tak kasat mata, mau yang senior atau pun yang junior”.
- Dilarang membakar sesuatu yang berbau amis, seperti darah, terasi atau yang berpotensi mengeluarkan bau menyengat, ada cerita bahwa yang melanggar petuah ini, gangguan yang diberikan seperti bencana angin besar, seakan-akan terjadi badai.
- Dilarang tertawa ngakak atau cekikikan dengan volume yang keras, konon dapat mengundang mbak kunti untuk tertawa bersama, “ Ya ampun kok jadi merinding gini yak?” heheh.
- Jika terkena serangan pacat/lintah, jangan disentak apa lagi dibakar, kembali lagi pada point ketiga, dilarang membakar sesuatu yang berbau amis, seperti darah contohnya, bakar pacat = bakar darah. Lalu bagaimana P3k terhadap pacat? Caranya cukup dioleskan tembakau atau menggunakan Cream pijit seperti geliga, gpu atau semacamnya, di jamin si pacat akan melepaskan giigitannya dari tubuh.
- Ada juga beberapa warga yang membolehkan untuk membakar ikan atau ayam, namun tempat pembakarannya harus khusus, jangan dicampur-campur, jika satu tempat sudah dipakai untuk membakar ikan, sisa media pembakaran tersebut jangan lagi di gabung dengan masakan yang lain.
Dari beberapa petuah tersebut, mau percaya atau tidak percaya, silahkan telaah sendiri, intinya jangan sampai merepotkan orang lain jika sudah terkena imbas dari perlakuan yang tak mengikuti aturan setempat.
Sekitar pukul 16:00 WIB kami melanjutkan perjalanan dari Desa Dange Aji ke Air terjun Bedawat.
3 Jam awal perjalanan kami lakukan dengan santai dengan wajah yang masih ceria, sampailah kami di lokasi pondok dimana menjadi post pertengahan antara Desa Dange Aji – Air Terjun bedawat, masih ada sekitar 3 – 4 Jam lagi untuk sampai di lokasi Bedawat’n.
Ini bukan Jembatan Suramadu yah . :) Sumber: Dokumen Pribadi |
Bagi pengunjung tak perlu khawatir dengan pasokan air minum, karena setiap perjalanan akan banyak terdapat spot air pancur murni langsung dari perbukitan, sejuk alaminya luar biasa menghilangkan dahaga.
Jadi, pengunjung hanya cukup menyediakan wadah seperti botol pada saat perjalanan.
Dilarang keras membawa tupper ware, karena jika hilang !! tanggung sendiri akibatnya jika sudah sampai di rumah hehe
Pengunjung akan melewati banyak patahan dataran, yang hanya bisa diseberangi dengan sebatang kayu melintang, hati-hati dan jaga keseimbangan, agar tak mengalami jatuh konyol.
Perjalanan tanpa tantangan bagai janda tanpa kopi Sumber: Dokumen Pribadi |
Untuk 3 Jam pertama, dataran yang dilalui masih cukup landai, tidak terlalu terjal dan menukik, jadi yang sudah terbiasa summit, masih bisa tersenyum lebar ketika menyusurinya, namun berbeda jika bagi kamu yang masih pemula dalam berjalan jauh.
Disarankan untuk tidak terlalu banyak membawa perlengkapan, intinya jangan terlalu memberatkan tas/carrier, karena perjalanan setelah rest point pondok, lebih dominan dengan jalan yang menukik, terjal, licin, meniti tepian jurang dan parahnya akan melewati arus anak riam, pada titik ini semuanya wajib berhati-hati, terseret saja sedikit, nyawa taruhannya.
Sekitar Pukul 18:00 kami melanjutkan perjalanan, matahari sudah tenggelam dan kami berada di sekitaran pohon yang rindang, gelap sangat gelap, untung saja kami sudah siap sedia penerangan di masing-masing kepala dan tangan.
Dapat dikatakan seperti parade jurig malam.
1 Jam berlalu, tanda-tanda akan sampai belum juga terasa, Nampak si pembawa rombongan “guide” semakin laju dalam berjalan, ini pertanda bahwa lokasi masih sangat jauh, dan akan memakan banyak waktu jika tetap berjalan santai.
Kami pun mengikuti gerak cepat si Guide dengan satu visi “ingin cepat sampai”, agar cepat rebahan, makan malam, menyeruput kopi dan hal-hal nikmat lainnya disekitaran camp.
Namun naluri ingin cepat sampai hanya ekspetasi belaka, karena banyak hambatan yang kami lalui selama dalam perjalanan.
Seperti saya yang mengalami cidera pada bagian lutut kaki kiri, sehingga hanya berpegang kokoh pada kaki bagian kaki kanan dan sebatang kayu yang digunakan sebagai Pole mendaki.
Belum lagi serangan pacat pada malam hari semakin menjadi-jadi, tak satu pun dari kami yang luput dari serangan pacat, mau itu di kaki, tangan, punggung, perut, dan di atas kemaluan, pacat disini sepertinya sudah professional dalam menyerang.
Dasar penyusup berdarah dingin, entah bagaimana caranya si pacat bisa masuk ke bagian perut dan di atas kemaluan, mikir keras !!
Pada awalnya, jika salah satu kami terkena serangan pacat, langsung kami eksekusi dengan cara yang telah disampaikan pada point 5 petuah di atas.
Mungkin faktor lelah dan lapar, lama kelamaan kami tak terlalu memperdulikan anggota tubuh kami, mau diserang pacat atau tidak, bodoh amat !! yang terpenting kami berkonsentrasi dalam menapakkan kaki, apabila “terpeleset”, bisa tinggal nama jika sudah terguling kebawah jurang sebelah kiri.
Ingin sekali rasanya untuk membuka tas lalu mengambil beberapa cadangan makanan yang ada, namun hal itu sulit dilakukan, karena lokasi yang gelap, belum lagi jika kebanyakan berhenti akan membuat tungkai kaki cepat lemas, sehingga kami hanya 1 – 2 kali mengambil beberapa makanan ringan untuk supply tenaga ke tubuh, seperti mengkonsumsi roti, biskuit dan gula merah yang menjadi andalan kami saat itu, karena gula merah memberikan jumlah glukosa yang cocok untuk penjelajah hutan jarak jauh.
Singkat cerita, kami pun sampai dilokasi camping air terjun bedawat sekitaran pukul 21:00 WIB, malam itu masih terdapat rintik-rintik hujan, yang cukup membuat basah kuyup.
Saking lelahnya kami tak mempedulikan rintik hujan tersebut, lalu kami para lelaki langsung bergegas mendirikan tenda yang berjumlah 4 Buah, hanya saya sendiri yang kesulitan untuk membantu para lelaki membangun tenda, palingan hanya membantu membereskan beberapa tas dan perlengkapan, karena sampai saat itu kaki kiri saya masih terasa nyeri, ngilu yang luar biasa, ditekuk sedikit saja, serasa tulang ini di silet bertubi-tubi. Behh !!
***
Sekitar pukul 22:00, pendirian tenda dan penataan camping sudah rampung, walaupun hanya 80 %,
Untuk para ladies kami lebih utamakan, kami bangun tenda dengan dekorasi ala hutan yang fantastis, ditambah dengan spot pendirian beranda tepat di depan aliran sungai jernih, tentu akan menjadi penghias istirahat malam para ladies yang berkesan, WEQ !! haha
Seperti inilah lokasi camp kami di Bedawat. Sumber: Dokumen Pribadi |
Pukul 23:00 WIB, dimana kami telah membersihkan diri dengan menceburkan diri disungai yang luar biasa dinginnya pada malam itu, sampai-sampai rasa dinginnya menusuk ke dalam tulang, brrrrrrr !!
5 Ladies sudah pada tidur, dimana sejam sebelumnya sudah selesai bersolek diri alias make up mode on, ehmmm !!
Tinggal 5 lelaki yang sedari tadi masih mondar mandir menyiapkan segala sesuatu, entah apa sesuatu itu? Hanya Tuhan dan pelaku mondar mandir tersebut yang tahu.
Mancing dulu guys. Sumber: Dokumen Pribadi |
Setengah jam berlalu, hanya tinggal 3 lelaki yang masih aktif bercengkrama di dalam tenda, yaitu Seto, wawan dan saya sendiri, yang mengaku sebagai lelaki pencinta kopi, namun kenyataannya hanya saya sendiri yang menyeruput kopi pada saat itu.
Malam semakin larut kami segera mengambil posisi enak untuk tidur, beralaskan matras di atas pasir dengan semilir angin pasca hujan, menjadikan malam itu merupakan tidur yang paling berkualitas di awal tahun 2018 ini, tanpa gadget, tanpa penerangan lampu listrik, tanpa kebisingan suara kendaraan, adem damai sentosa, dan selamat tidur.
Helper yang berdedikasi tinggi :v Sumber: Dokumen Pribadi |
Pukul 06;00 pagi yang cerah membius kami untuk lebih nyenyak tidur, alhasil kami molor satu jam, pukul 07:00 tepatnya kami pun terbangun, itu pun dikarenakan sudah banyak lebah hutan di sekitaran tenda dan didalam fly sheet, tapi anehnya lebah nya jinak terhadap kami, tidak satupun dari kami yang di sengat.
Sumber: Dokumen Pribadi |
Tak lama kemudian, si pemandu jalan “guide” pamit diri untuk pulang ke Desa dange aji, alhasil kami sendirian pada waktu pulang nanti, hanya saja kami tak khawatir, karena jalan pulang sudah diberi arah marking plank, terima kasih kepada peserta KKN STKIP PATA 2017, yang sudah berkontribusi membuat plank dan dekorasi papan bijak seperti “sayangi hutan”, sekali lagi terima kasih.
Ada jalan rahasia loh, buat naik ke tingkat 2 :) Sumber: Dokumen Pribadi |
Setelah sarapan pagi, kami bergegas menuju spot jantung air terjun bedawat, yang tak jauh berada dibelakang tenda kami, dengan sigap gadget mulai bermunculan dari segala merck, saatnya take picture and video guys hehehe.
Berikut hasil dokumentasi video kami, semoga kesenangan kami menjadi daya pacu bagi kamu yang sudah berencana jauh-jauh hari untuk berkunjung ke surganya Kalimantan barat ini, happy watching guys.
Sekitaran pukul 15:00 kami berencana pulang “Sesuai perjanjian di awal”, dengan bermaksud transit dahulu ke post pondok yang sudah saya jelaskan di pertengahan tulisan.
Rasanya berat untuk pulang lebih cepat dari Rombo bedawat ini, karena banyak hal yang akan membuat pengunjung rasa tak ingin pulang jika sudah menginjakkan kaki di disini, seperti spot camping yang serasa berada di pasir pantai, air yang jernih nan rupawan, berada di dalam hutan lindung, belum lagi menikmati estetika seni pahat alam pada patahan air terjun bedawat.
Sumber: Dokumen Pribadi |
Dengan sedikit berat hati, kami pun melanjutkan perjalanan pulang, kali ini perjalanan terasa mudah, karena dilalui pada saat kondisi masih terang, 2 jam lebih kami pun sudah sampai di pondok, lalu beristirahat untuk persiapan pulang besok harinya.
Sebagai tambahan, bahwa di lokasi pondok, untuk mengambil air bersih sulit dilakukan jika sudah malam hari, karena harus menyusuri jalan tikus yang menukik tajam, hati-hati jangan sampai terpeleset ke sungai.
Oke kawan-kawan mungkin hanya itu sekilas pandang mengenai detail perjalanan kami ketika mengunjungi air terjun bedawat, tentu akan berbeda pengalaman yang dirasa, tergantung dari pribadi kita masing-masing bagaimana cara kita menikmati dan mengambil hikmah dibalik pengalaman yang campur sari tersebut.
Bagi kamu yang sudah membaca tulisan ini hingga selesai, saya ucapkan terima kasih, karena telah bersedia membuang-buang waktu berharga mu untuk membaca tulisan ini.
Akan tetapi semua yang disampaikan sesuai dengan kenyataan pengalaman kami, tidak ada yang dibuat-buat, semuanya alami dan mengalir seperti aliran jernih sungai air terjun bedawat.
Bonus !! Sumber: Dokumen Pribadi |
Sampai jumpa di tulisan travedisi berikutnya.
Jangan Lupa Komentarnya yoo #salamlestari
bg pkai guide ke air terjunya
BalasHapusIya bg, kalau dibedawat wajib pakai guide, menghargai penyedia jasa soalnya
HapusSuka dengan tulisan abang... Klo boleh saya mau ikut bergabung juga utk trip²nya.. Saya suka berpetualang juga
BalasHapusSiap bg, trims kunjungannya, rencana tahun 2019 ini mau ke bedawat lagi utk yg k3 kali nya. Sudah terlalu rindu buat ke bedawat + riam unga hehe.
HapusSalam kenal bg, salam lestari