Pertualangan Tak Terduga Menuju Riam Dait Ngabang
Tulisan
ini saya dedikasikan khusus kepada para Crew Travedisi yang telah bersedia dan
berani secara kompak dalam perihal traveling dan ekspedisi.
Salam
Travediser bagi kita semua, pada kesempatan kali ini kami yang tergabung dari
Travedisi CREW akan berbagi pengalaman terkait dengan hasil perjalanan ketika
mengunjungi Air Terjun Riam Dait.
Penampakan Air Terjun Dait Tingkat 3. Dokumen Pribadi |
Oleh
sebab itu saya selaku penulis blog Travedisi ini akan merangkum beberapa yang
kami temukan selama masa-masa mengasyikkan tersebut.
Sebelum
masuk ke pengalaman selama perjalanan dan suasana di Riam Dait, saya akan
menuliskan secara singkat mengenai perkenalan para Crew yang telah mengikuti trip
ke Air Terjun/Riam Dait.
Guido
Famula a.k.a GuidoFM29 (saya sendiri), Cleo89 a.k.a Aliong, Dewi, Egi, Chergyo,
Jacky, Lia, Novian, Pristia, Septiani, Stefanus, Stella Monica, Vanie Sanjaya,
Wawan Kurniwan,Teddy, Heri, Didi Pangalayo, Okta, Angel, Alvin.
Perlu
Anda ketahui, bahwa pada awalnya kami yang beranggotakan 20 Orang tersebut,
memang belum saling mengenal satu sama lain, ibarat kata dari teman mengajak
teman yang lain, sehingga berkumpul menjadi satu.
Travedisi Crew. Dokumen Pribadi |
Contohnya
saja, pada awal pertemuan saya hanya mengenal Egi, Chergyo, Septiani, Dewi,
Stefanus, Stella, dan Angel, untuk yang lainnya saya belum tahu alias masih
perkenalan pandangan pertama.
Bagaimana ceritanya, sehingga bisa menjadi seperti itu?
Pada Hari
Kamis 8 September 2016, Ketika sedang manyun-manyunnya memikirkan bahan tulisan
yang ingin ditulis, Saya dikagetkan dengan bunyi Handphone yang diketahui bahwa
Pesan BBM telah masuk.
Pesan
tersebut berasal dari Egi, yang merupakan penggerak dalam pertualangan ini.
Karena
pada saat itu saya memang sedang membutuhkan refreshing, saya menyanggupi
ajakan Egi dan menyutujui setiap persiapan / Jadwal keberangkatan.
Walaupun
sebenarnya jadwal kepergian dapat dikatakan sangat mendadak, yaitu kami akan berangkat
Pada Hari Minggu, 11 September 2016.
“Namun
tak masalah, yang terpenting bisa pergi dan refreshing” Pikir saya pada waktu
itu.
Seperti
biasa, kalau sudah pergi liburan ke tempat yang jauh, saya sering menanyakan
berapa orang yang akan mengikuti kegiatan ini?
Untuk
anggota yang telah terkonfirmasi akan pergi hanya sekitar 13 Orang, lalu
semuanya berubah ketika pada hari keberangkatan, yaitu menjadi 20 Orang yang
terdiri 12 Orang Pria dan 8 Orang Wanita.
Jujur
saja, saya sangat senang sekali jika melakukan perjalanan liburan bisa bersama kerabat/orang
sebanyak ini, apalagi pada saat itu kami berangkat menggunakan kendaraan
bermotor, tentunya sangat asyik dan seru sekali, bisa merasakan Touring
bersama, terhadap orang yang belum terlalu saling kenal.
Minggu,
11 September 2016, Jam 03:20 WIB yang bertempatkan di Persekolahan Asisi
Pontianak, kami sudah bersiap-siap untuk segera melakukan perjalanan, seperti
mengecheck perlengkapan tenda, alat masak, dan berdoa bersama.
Setelah
persiapan selesai dilakukan, kami yang menggunakan 10 Motor langsung tancap Gas
menuju Riam Dait yang masih berada jauh didepan mata kami, kurang lebih 6 – 7
Jam lagi untuk segera sampai.
Kondisi
cuaca pada saat itu sangat bersahabat, namun tak bertahan lama, belum sampai
separuh perjalanan, kami semua di guyur hujan, alhasil ketika kami sampai di
daerah pasar Sungai Pinyuh (Jam 05:02 WIB) kami sepakat untuk berteduh
sebentar, sembari menunggu hujan reda dan mengeringkan pakaian basah yang masih
kami kenakan.
Suasan Persinggahan Pertama ( 05:02 WIB ). Dokumen Pribadi |
Pada
pemberhentian di warkop ini, sepertinya kami mendapatkan hubungan yang kuat
dalam bersosialisasi, tak ada istilah belum saling mengenal, siapa kamu, asal
kamu dari mana, apa agamamu?
Sehingga pecah
riuh candaan dan obrolan-obrolan lucu memecah kesunyian pagi, tak heran bapak penjaga ikut tertawa
bersama, ketika melihat gelagat konyol kami, yang sudah seperti lama
mengenal.
Hiruk Pikuk Para Crew Memecah Suasana. Dokumen Pribadi |
Pukul
05:30 kami semua sepakat untuk melanjutkan perjalanan, karena memang pada jam
tersebut, Hujan sudah tidak lebat lagi alias sudah reda.
Dengan
kecepatan rata-rata 70 Km/jam kami membentuk formasi lurus, lalu di bumbui
dengan sedikit formasi zig zag agar dapat mengontrol satu sama lain.
Sebelumnya
kami telah sepakat melakukan pemberhentian di Jalan Seha, untuk melakukan
sarapan pagi, maklum saja, pada saat itu kami semua belum melakukan sarapan.
Sedikit
trouble ketika kami sampai di daerah Kec Mandor, kami melakukan pemberhentian
sementara, yang dikarenakan salah satu teman kami yang bernama Lia dan Jackie
(berbonceng) memberitahu kami bahwa sepertinya mereka melihat salah satu motor
anggota tertinggal dari rombongan, namun rumor tersebut belum dapat dipastikan,
sehingga timbullah sedikit perdebatan kecil.
Dikarenakan
harus mengejar waktu, akhirnya kami sepakat untuk menunggu salah satu rombongan
yang mungkin tertinggal tersebut, jika kami sudah sampai di Jalan Seha.
Pada
pukul 07:00 kami telah sampai di jalan seha, lalu menuju salah satu rumah makan
yang bernama Melda, sembari menunggu konfirmasi teman kami yang tertinggal melalui
via Telpon, kami pun segera memesan beberapa menu sarapan pagi.
Suasana ketika sampai di Jalan Seha. Dokumen Pribadi |
Selang
beberapa saat, ternyata si Heri menelpon kami duluan untuk mengkonfirmasi bahwa
trouble kendaraan yang di alami sangat parah, dan lebih sialnya lagi, bahwa di
daerah tersebut bengkel motor masih belum buka, alhasil harus mencari lebih
jauh lagi agar menemukan bengkel yang beroperasi pada hari minggu / libur.
Mendengar
penjelasan tersebut, akhirnya kami memutuskan beberapa dari kami para lelaki
untuk menyambangi mereka yang tertinggal, untuk segera memberikan bantuan
sembari menemani mereka.
Oh
iya.... nama teman kami yang mengalami trouble tersebut adalah Heri dan Teddy.
Akhirnya
Egi dan Wawan segera menyambangi mereka untuk berinisiatif memberikan bantuan.
3 Jam kemudian, belum ada tanda-tanda kedatangan mereka,
mungkin memang kendala yang mereka hadapi memang terlampau sulit, mengingat
hari pada saat itu merupakan hari minggu, yang barangkali bengkel banyak yang tutup.
Walaupun bosan dan sedikit stress karena harus
menunggu lama, sedikit pun kami tak berniat meninggalkan mereka duluan, kami
tetap menunggu hingga semua keadaan beres.
Kami pun mengisi waktu luang tersebut, dengan
beberapa kegiatan positif dicampur dengan sedikit kegilaan, seperti bercengkrama
satu sama lain agar bisa semakin dekat (siapa tahu jodoh), mendengarkan lagu,
bernyanyi bersama, jalan-jalan disekitar warung sambil menikmati suasana puncak
Jalan Seha, dan masih banyak lagi yang kami lakukan.
Pemandangan di Sekitar Persinggahan Jalan Seha. Dokumen Pribadi |
Memang Tuhan memiliki jalan tersendiri yang begitu
hebat, dikarenakan perihal menunggu tersebut, kami semakin akrab dan sudah
dapat menghafalkan setiap nama anggota, padahal sebelumnya kami memang belum
saling mengenal nama.
Pemandangan dari atas Rumah Makan Melda. Dokumen Pribadi |
Beberapa menit kemudian, tepatnya pada pukul 09:45
WIB, Egi, Wawan, Heri dan Teddy sudah menunjukkan batang hidungnya, dengan
sedikit wajah memelas, seperti mengabarkan pengalaman buruk, yaitu motor yang
mengalami trouble tersebut harus dibawa pada bengkel yang lebih berpengalaman,
karena harus dilakukan Press Segitga yang mungkin dapat memakan waktu lama.
Dengan sedikit rundingan, akhirnya kami semua
sepakat untuk mencari bengkel yang mumpuni dalam menangani trouble motor tersebut.
Track Jalan Seha. Dokumen Pribadi |
Pada pukul 10:00, kami melanjutkan perjalanan ke
Kota Ngabang, dengan sedikit mengurangi kecepatan ( 50 – 60 KM/Jam ), karena
perihal trouble motor tersebut.
Inilah hebatnya para Crew Travedisi, walaupun dapat
dikatakan molor terhadap waktu, yang dikarenakan terdapat banyak kendala, tak
menyurutkan semangat dan keceriaan, kami tetap tertawa ria, bersenandung
bersama, tanpa sedikitpun mengeluh.
Setelah 1 jam memacu kendaraan, akhirnya pada pukul
10:56 WIB, kami sampai dengan selamat di daerah Kota Ngabang, hal pertama yang
kami lakukan adalah mengisi BBM, karena memang mayoritas kendaraan yang kami kendarai,
belum melakukan pengisian BBM semenjak dari Kota Pontianak.
Selang waktu 30 Menit, kami pun segera menyusuri
Kota Ngabang, untuk mencari bengkel terdekat yang dapat menerima layanan Press
Segitga Motor.
1 Jam pertama kami berkeliling Kota Ngabang sama
dengan nihil, alias tidak dapat apa-apa, kebanyakan bengkel sudah tutup dan
tidak menerima Service Press Segitiga.
Jujur, seketika itu kami semua dilanda panik, karena
untuk melanjutkan perjalanan dengan kondisi motor yang terseok-seok seperti
itu, sangat tidak mungkin untuk melewati Rute ganas Air Terjun Dait.
Matahari sudah tegak berada di atas kepala kami,
pertanda jam sudah menunjukkan pukul 12:00 WIB, mungkin dikarenakan panas sudah
menyengat otak salah satu teman kami yang bernama Aliong a.k.a Cleo, lalu beliau
menyarankan untuk mengikuti nya pergi ke suatu tempat yang belum kami semua
ketahui.
Hanya sedikit yang menggubris, tak lain dan tak
bukan hanya saya sendiri yang mengikuti langkah misterius Aliong tersebut.
Alasan saya mengikuti Aliong juga dikarenakan memang
lagi butuh mencari bengkel, untuk melakukan setting tegangan terhadap rantai
motor, karena pada saat itu rantai motor yang saya gunakan sudah kendur dan
berbunyi berisik pertanda kekurangan pelumas.
Tak jauh dari spot kami memberhentikan rombongan, Saya
dan Aliong menemukan bengkel yang kalau dilihat dari pandangan sekilas,
sepertinya nampak professional.
Saya pun langsung memberitahu kepada yang empunya
bengkel, untuk segera melakukan maintenance pada motor yang saya kendarai.
Saya sempat kaget dan shock, karena mendengarkan
percakapan Aliong terhadap yang empunya bengkel, sepertinya ini teman lama yang
terpisahkan.
Belum lagi, saya sempat berfikir bahwa Aliong juga
merupakan salah satu karyawan bengkel yang ada di Kota Pontianak, mungkin
pertemanan mereka ada hubungannya dengan perihal perbengkelan.
Walaupun mereka melakukan obrolan dengan Bahasa Khek
(Chineese), saya sedikit mengerti dengan bahasa tubuh yang mereka lakukan,
terlebih Aliong dengan semangatnya menunjuk Rombongan yang berada tak jauh dari
bengkel ini.
Mungkin Aliong memperkenalkan dan menjelaskan maksud
tujuan kami datang ke Kota Ngabang ini.
Lalu saya tak tinggal diam, saya tepuk bahu Aliong
tersebut, lalu membujuk Aliong untuk menanyakan apakah bisa bengkel ini
melakukan perbaikan pada Segitga motor yang telah rusak parah.
Binggo !!
Pihak bengkel menyanggupi untuk melakukan maintenance
tersebut, kalau difikir-fikir siapa sih yang dapat menolak rejeki?
Akan tetapi kami harus menunggu lebih dari 3 Jam,
yang mana perkataan yang terucap dari salah satu karyawan bengkel tersebut
membuat kami semua menjadi lesu dan sedikit pasrah.
Ketika berada di Bengkel. Dokumen Pribadi |
Kami pun melakukan rundingan kembali, tentang apa
yang harus dilakukan, terlebih sekarang sudah menujukkan pukul 12:30 WIB,
bisa-bisa kami kemalaman atau batal untuk pergi ke Air Terjun Dait.
Setelah berunding, kami semua sepakat untuk mencoba
meminjam motor dari salah satu karyawan bengkel tersebut, dimana Aliong lah
yang menjadi juru bicara kepada pihak bengkel.
Butuh waktu 30 menit untuk melakukan negosiasi, kami
pun berfikir, maklum saja !, terlebih kami semua adalah orang baru, wajar saja
pihak bengkel sedikit berhati-hati dalam mengambil keputusan, mungkin khawatir
motornya akan dicuri oleh kami, walaupun kami memang tak berniat seperti itu.
Tepuk tangan buat Aliong, Aliong berhasil
memenangkan negosiasi, alhasil kami di pinjami sebuah motor, untuk digunakan
sebagai pengganti motor Heri yang sedang di lakukan Maintenance, dengan
perjanjian, bahwa motor yang dipinjami tersebut harus dikembalikan besok
sebelum jam 17:00 WIB ( Jam Tutup Bengkel ).
Setelah berhasil mendapatkan motor pengganti, kami
pun melakukan persinggahan ke warung sembako untuk berbelanja perlengkapan
camping, seperti beras, minuman, dan lain-lain yang tak sempat kami beli
sebelumnya di Pontianak.
Pada pukul 12:50 WIB kami melanjutkan perjalanan
melalui Simpang jalan Serimbu, keceriaan lega kembali menghiasi masing-masing
wajah kami, yang sangat berharap dapat utuh bersama-sama sampai ke Air Terjun dait.
Disambut dengan akses jalan yang sangat mulus,
semakin melegakan para rombongan, terkecuali saya sendiri yang sudah mengetahui
rute rusak perjalanan berikutnya , karena saya sudah tahu dan beberapa kali
pernah melewati jalur serimbu ini, hanya saja saya sengaja tidak memberitahukan
kepada rombongan terkait kedepannya track akan seperti apa? hihihi
Walaupun saya berniat memberikan sureprise, saya
tetap memimpin perjalanan tersebut, karena sedikit was-was jika saya membiarkan
salah satu dari mereka yang belum mengetahui rute untuk melaju duluan, karena
ruas yang akan dihadapi kelak, akan banyak bertaburan jebakan Batman ( lubang
yang terduga ).
Akhirnya sampai juga di Track semi off road, yang dapat
merusak ban kendaraan.
Saya memperhatikan dengan seksama melalui Spion
motor ini, terlihat konsentrasi yang amat dalam mereka lakukan ketika melewati
beberapa lubang dan gelombang kasar.
Sehingga tak heran jika sedikit makian terlontar
dari bibir-bibir lelah mereka, namun saya maklumi semua itu dan sedikit tertawa
kecil, karena saya juga pernah mengalami pengalaman pertama seperti itu.
Beberapa menit kemudian, seketika sedang asyik-asyiknya
konvoi dan mengelakan lubang parah, salah satu dari rombongan mengklakson
kencang, pertanda terdapat trouble yang lumayan serius.
Saya dan lainnya pun segera memutar arah, untuk
mengetahui apa yang terjadi.
Sialnya… Ternyata motor yang kami pinjam barusan
mengalami bocor ban, dan harus segera di tambal atau di ganti agar tidak
merusak velg.
Namun untungnya, tak jauh dari lokasi kejadian, kami
menemukan bengkel motor, saya pun segera menyambangi duluan dan menanyakan
perihal tambal menambal ban tersebut.
Alhasil pihak bengkel tidak menerima tambal ban,
hanya menerima ganti ban saja.
Oke fine.. kami pun mau tidak mau harus setuju.
Pada pukul 13:26 WIB kami terpaksa berhenti kembali,
sembari menunggu Ban tersebut di ganti.
Ada yang melamun, ada yang selfie dengan pohon
sawit, ada yang mondar mandir, ada yang kepas kepus merokok, dan saya sendiri bersama
Stella, Heri dan Teddy berinisiatif ke warung untuk mencari minuman segar,
karena memang pada saat itu cuaca sedang panas-panasnya, sehingga dahaga ini
tak mampu kami tahan.
15 Menit kami menunggu.
Sepertinya ban motor sudah di ganti, begitulah fikir
kami yang berada di warung, lalu kami beranjak kembali menuju bengkel yang tak
jauh dari warung yang kami kunjungi barusan.
Parahnya, motor kami belum di sentuh sama sekali,
alias masih kacangi.
Alasan klasiknya, harus mengantri dahulu dari motor
yang sedang dilakukan turun mesin.
Hebatnya lagi, jika kami memang sedang mengejar
waktu, pihak bengkel menawarkan kami untuk membongkar sendiri ban belakang
motor tersebut.
Berdalih agar
lebih cepat, dan nanti ketika pada saat pemasangan ban dalam, pihak bengkel
yang akan melakukannya, kira-kira seperti itu perkataan salah satu dari karyawan
bengkel tersebut.
Kami yang berada di bengkel pun melakukan saling
pandang satu sama lain, karena memang merasa aneh, padahal ada salah satu
karyawan mereka yang menganggur alias tidak melakukan apa-apa.
Positif Thinking !! mungkin mereka lelah.
Karena kami memang sebagai tamu di daerah ini, ya
sudah…, Heri pun menyanggupi perihal tersebut, karena Heri merasa itu merupakan
tanggung jawabnya, walaupun sebenarnya ini adalah tanggung jawab bersama.
Walau tidak memiliki skill yang mumpuni, si Heri
tetap berjuang sekuat tenaga dalam membuka Ban tersebut, terlihat salah satu
karyawan dan kami sendiri menyengir melihat perjuangan Heri.
Karena Iba melihat perjuangan Heri, kami pun
berinisiatif membantunya, alhasil setelah 15 menit berlalu, ban sudah
terbongkar dengan baik, namun karena yang membongkar ban adalah kaum-kaum para
pemula perbengkelan, terpaksa membuat salah satu spare part pada bagian
belakang motor mengalami kerusakan, dan harus di ganti dengan yang baru, kalau
tidak salah spare part tersebut adalah penyangga tromol pada REM.
Setelah ban sudah dipasang dan spare part sudah
terkendali aman, kami kembali dikejutkan dengan mahalnya harga yang harus
dibayar, yaitu Rp 90.000,- .
Rp. 40.000 untuk harga pergantian ban, Rp.50.000
untuk pergantian karet tromol.
Walaupun kaget, kami tak terlalu mempersoalkan semua
itu, karena yang terpenting motor tersebut baik-baik saja.
Walaupun sedikit mumet dan kesal, pada pukul 14:00
WIB kami melanjutkan perjalanan yang masih satu jam lamanya untuk di tempuh.
Kesialan yang beruntun tak menyurutkan ceria kami,
kami tetap semangat dan memasang wajah manis, hahaha.
Apalagi jalur yang akan kami lewati ini merupakan
jalur yang sudah dalam kondisi baik, tidak ada ditemukan lubang-lubang nakal
seperti sebelumnya, namun itu hanya sementara, karena akan ada jalur tanah
kuning yang akan menyapa kami para rombongan.
Jalur masuk Riam Dait. Dokumen Pribadi |
Terlihat dari kejauhan, terdapat plank Rombo Dait
yang mengarahkan kami ke area rute tanah kuning, sepertinya pertualangan Off
road kembali dimulai.
Masih di jalan menuju Raim Dait. Dokumen Pribadi |
Gundukan tanah, debu jalanan, panas terik yang
begitu hebat menjadi pertemanan akrab kami pada saat itu, namun kami tetap tangguh
dan fokus terhadap tujuan yaitu Riam Dait.
Kesialan kembali terjadi kepada kami, ketika
menemukan simpang dua yang membingungkan antara kiri atau kanan, dengan
bodohnya saya membawa mereka pada jalur simpang yang sebelah kanan.
Karena ragu, saya dan para rombongan mengurangi laju
kendaraan, berharap menemukan warga setempat untuk menanyakan dimana letak jalur
utama menuju riam dait.
Sedikit mengelus dada, akhirnya kami menemukan
sepasang anak beranak yang sepertinya baru pulang dari ladang berkebun, lalu
saya memulai menyapa dan membuka obrolan.
Dengan sedikit penjelasan detail, terbuktilah bahwa
kami berada dijalur yang salah, lalu kami pun mengucapkan terima kasih kepada
bapak paruh baya tersebut, dan segera memutar kendaraan kembali ke lajur yang
sebenarnya, yaitu sebelah kiri pada simpang sebelumnya.
Sungguh terasa jauh perjalanan ini, belum lagi
dahaga dan lapar yang melanda, membuat hasrat ini segera tak sabar untuk cepat
sampai ke Riam Dait, track yang mendaki dan menurun menjadi tantangan super
bagi kami pada saat itu.
Pukul 15:00 WIB, kami sampai di pertigaan Desa
Sekendal, namun kali ini kami tidak bingung, karena memang terlihat jelas plank
petunjuk menuju Riam Dait.
Kami pun segera menelusuri jalan permukiman desa
tersebut dengan perlahan-lahan dan penuh sopan, tak heran kami menjadi pusat
perhatian setiap warga desa, entah karena kecantikan dan kegantengan kami atau
keanehan kami. hehehe
Oke skip …
Terdapat sebuah portal menghalangi jalan rombongan
kami, kami pun ditanya dan di data, lalu di himbau untuk membayar tiket masuk,
yang mana pada saat itu Rp.10.000 per motor, setelah membayar kami pun kembali
melanjutkan perjalanan, berharap segera cepat sampai dilokasi wisata riam/air terjun dait.
Namun, sepertinya perjuangan belum berakhir begitu
saja, jalur yang kami lewati ternyata lebih ekstreme dari jalur sebelumnya,
selain tanah kuning, kami juga harus memaksa motor ini untuk mendaki tanjakan
yang sangat luar biasa tanjakannya, saking tinggi dan panjang nya tanjakan
tersebut, membuat pengendara tidak diperkenankan berbonceng pada saat
menanjakinya.
Rute paling horror sepanjang menuju Riam Dait. Dokumen Pribadi |
PRAKKK !!!!
Salah satu rombongan kami, yaitu Novian dan Pris
mengalami kecelakaan tunggal ketika menanjaki Bukit terjal yang saya maksud
tersebut, alhasil membuat Novian terjepit di antara motor dan permukaan tanah
kuning tersebut.
Dengan sigap, beberapa dari kami segera membantu
Novian dan Pris yang memang sedikit tidak berdaya, yang dikarekan sama-sama
lelah dan beratnya motor yang menghimpit.
....
Berikut rekaman video ketika mengarungi bukit edan ini, rasakan sensasinya hehehe.
....
Setelah kejadian tersebut, sedikit banyak kami mulai
panik, lebih berhati-hati dan memusatkan konsentrasi yang penuh dalam mendaki
bukit Edan tersebut.
Penampakan Rute dari atas bukit. Dokumen Pribadi |
Sempat berfikir, bagaimana mobil bisa masuk ke
daerah ini? Apalagi mengingat jembatan dadakan / emergency yang memang tak layak
guna, selalu dilewati lalu lalang pengunjung, apakah jembatan tersebut dapat bertahan
lama? Bagaimana jika?? Ah sudahlah….
Oh pemerintah kepada siapa kami mengadu kan ini?
Setelah melihat kejadian salah satu rombongan yang
mengalami kecelakaan, membuat saya menjadi lebih hati-hati dan fokus, dengan
sigap saya memacu kendaraan, memilah rute yang pantas, sedikit terhuyung namun kaki
ini masih kuat dalam menyanggah untuk berakrobat, tas menggelinding dari atas
motor, sedikitpun tak saya perdulikan, yang saya fikirkan saat itu, intinya
harus sampai ke atas puncak tersebut.
PRAAKKK !!
Kecelakaan tunggal terjadi lagi, kali ini menimpa
rombongan yang bernama Aliong, motor besarnya harus mengalami sedikit lecet
karena tergores bebatuan sekitar, namun tidak terlalu dipermasalahkan, yang
terpenting pengendara baik-baik saja.
Kami pun segera mendatangi Aliong, untuk segera
cepat membantu dan menatang motor tersebut, karena terlambat sedikit saja,
motor tersebut dapat berguling kebawah, dan bisa mengenai pejalan kaki yang berada
dibelakang.
Lebih dari lima orang yang membantu dan bergotong
royong secara bergantian menuntun motor berat tersebut.
Setelah motor Aliong berhasil kami naikkan ke puncak
Bukit, kami pun melakukan istirahat terlebih dahulu, karena memang kami semua
merasakan sangat lelah dalam mengarungi perjalanan ini, terlebih kami juga
sudah berhasil menaikkan 10 Motor kebukit dengan sukses.
Sembari kami beristirahat, kami juga melakukan
kegiatan ramah tamah terhadap satu rombongan lainnya, yang sudah berada di
puncak ini sebelum kami, kalau tidak salah rombongan tersebut berasal dari organisasi
OMK (Orang Muda Katolik ) Cecilia.
Selfie adalah obat lelah. Dokumen Pribadi |
Karena sama-sama berasal dari Kota Pontianak,
perbincangan pun semakin asyik dan menghibur, saling melempar guyonan, tertawa
bersama, berbagi makanan satu sama lain, menghiasi perasaan lelah kami pada
saat itu.
Setelah 30 Menit berlalu, kami semua sepakat untuk
segera melanjutkan perjalanan yang sama sekali belum kami tahu letak ujung pangkal
Riam Dait.
Pukul 16:00 WIB, kami yang beranggotakan 20 orang /
10 Motor sampai di muka parikiran Riam Dait.
Kami kembali dikagetkan dengan pihak panitia yang
menyetopkan motor kami, lalu kembali mencatat nomor plat motor masing-masing
dari kami, lalu meminta biaya parker + tiket masuk dengan harga Rp. 10.000,- ,
Saya sedikit penasaran dengan semua ini, kenapa
tidak disamakan saja dengan pembayaran tiket sebelumnya.
Berdalih untuk biaya keamanan dan parkir, kami pun
pasrah dan ikhlas membayar HTM tersebut dengan harga Rp. 10.000,-.
Tidak masalah yang terpenting kami semua sampai
dengan selamat di lokasi Riam Dait.
Setelah menyelesaikan administrasi tersebut, kami
segera memarkirkan kendaraan kami.
Karena merasa kagum dengan keindahan Riam yang sudah
tampak dari atas kejauhan, membuat kami semua mengeluarkan kamera dan
perlengkapan lensa untuk berfoto ria.
Selebrasi ketika sampai di lokasi Riam Dait. Dokumen Pribadi |
Kegiatan selfie pun tak terbendung, suasana indah
riam dait memecahkan kelelahan kami menjadi kesenangan yang sangat berarti.
Kami segera turun kebawah yang kebetulan memang
parkir kendaraan berada di atas, kami berbagi tugas ada yang membawa makanan,
survey spot pemasangan tenda, dokumentasi video, tukang selfie, dan pemandu
sorak wanita yang tak kalah penting nya. hahahah
Jujur saja, ketika sampai, kami menjadi pusat
perhatian pengunjung sekitar, entah itu kami merasa aneh atau apa? Hanya mereka
yang tahu.
Kami tak menghiraukan semua itu, yang terpenting
sampai dengan selamat tanpa berkurangnya satu pun anggota.
Bisa Anda bayangkan, perjalanan dimulai jam 03:30 –
16:00 WIB, tentu selama 12 Jam tersebut memiliki kesan dan pengalaman
tersendiri bagi Para Travedisi Crew, ada haru, senang, ketakutan, bahagia, dan
tentunya kebersamaan.
SALAM TRAVEDISER. Dokumen Pribadi |
Masih banyak yang ingin saya sampaikan dalam tulisan
ini, namun jika semua nya ditulis dalam satu artikel tentu akan memuat banyak
kata, yang dapat memusingkan Anda para pembaca.
Oleh sebab itu, ikuti terus artikel dan blog
travedisi.com untuk mengetahui update pengalaman kami selama berada di Riam Dait.
Sebelum menutup artikel ini, baca juga: Informasi dan Selayang Pandang Mengenai Riam Dait
Sebelum menutup artikel ini, baca juga: Informasi dan Selayang Pandang Mengenai Riam Dait
Bagi kalian yang ingin bertanya atau sekedar
berkomentar, jangan lupa cantumkan pada kotak komentar dibawah ini.
Akhir kata saya ucpakan terima kasih. SALAM TRAVEDISER !!!
waw keren gan kalimantan ya
BalasHapusIya mas, terima kasih ya pujiannya terhadap kalimantan.
HapusMain-main donk kesini :)
Daerah nya saya kurang tau betul. tetapi pas liat ini artikel kayaknya bagus untuk di kunjungi.
BalasHapusInfo bermanfaat +1
Untuk daerahnya, Kab Landak, Kec Air Besar, Desa Sekendal, Air Terjun Dait.
HapusTerima kasih apresiasinya mas.
Seru juga berpetualang kesini. Kapan kapan main ke sana Ahk hehehehe
BalasHapusPastinya seru banget mas.
HapusAyo main-main kesini mas, gabung ama Travedisi :)
Lokasinya jauh bgt... Perjuangan bgt sampai sana
BalasHapusIya gan butuh 6 - 7 Jam untuk sampai kesana, tergantung kondisi.
HapusTapi dijamin seru jika sudah sampai ke Air Terjun Dait.
Terima kasih kunjungannya
seru gan buat jalan rame-rame, tapi sayang lokasinya jauh
BalasHapusIya sih mas, jauh jga, apalagi perginya dari Kota Pontianak, bisa 6 - 7 jam untuk sampai.
Hapustapi dijamin seru pergi rame", belum lagi ditambah dengan beberapa tingkatan air terjunya yg menarik untuk dijajal.
dari perjalanannya saja udah seru.. gmn udah sampe di tkp.. mantap deh
BalasHapusDijamin enggak nyesel kalau udah sampai di riam dait mas.. karena ada 7 tingkat, yang berkilo-kilo jarak antar 1 tingkatnya.
Hapus